BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masa kejayaan islam dibagi menjadi tiga
periode, periode pertama adalah zaman klasik kemudian berlanjut pada abad 15
smpai 18 masehi dimana dinamakan abad pertengahan dan abad modern yaitu 1800
masehi sampai sekarang. Islam pada abad
pertengahan memiliki tiga kerajaan yang terkenal diantaranya adalah turki usmani,
kerajaan mughal di india dan kerajaan syafawiyah di persia.
Kerajaan-kerajaan tersebut menguasai
wilayah yang luas dan mampu bertahan sekian lama. Selain itu kerajaan tersebut
mampu bertahan pada saat islam mulai mengalami kemunduran akibat berkembangnya
daerah eropa atau resainance.
Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk beajar dari masa lalu
untuk dapat mengambil pelajaran dari kisah mereka oleh karena itu kali ini
penulis akan membahas mengenai kerajaan tersebut beserta tingkat kemajuan serta
sebab-sebab kemunduran agar pembaca dapat mengambil pelajaran dari kerajaan
terseebut. Seperti dalam ayat :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ
Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? [Qaaf/50: 36].
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. TURKI USMANI
1. Asal usul kerajaan
turki usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu
diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan
Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah
Kab di Asia Tengah.[1] Awal
mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum
tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka
pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10
ketika menetap di Asia Tengah.
Pada abad ke-13 M, mereka
mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke
Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang
Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2]
Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II
yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah,
Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di
Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
2. perkembangan kerajaan turki usmani
Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Ertagrol adalah pemimpin kerajaan turki yang
merupakan wilayah pemberian sultan alaudin II yaitu didaerah ikhisyar. Setelah
ertagrol meninggal kepemimpinan diambil ali oleh usman bin ertagrol, dan usman
inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan turki usmani. Usman juga banyak
berjasa kepada sultan alaudin II yaitu dengan menduduki benteng bizantium yang
dekat kota broessa. Usman sendiri memerintah mulai tahun 1290 sampai 1326
masehi.
Tahun
1300 M, bangsa mongol menyerang kerajaan saljuk dan sultan alaudin II terbunuh.
Kerajaan saljuk akhirnya terpecah menjadi kerajaan kecil-kecil, begitu pula
usman, ia memisahkan diri dan menyatakan berdirinya kerajaan turki usmani. Ia
menamakan dirinya sebagai padisyah al usman (raja besar keluarga usman)
pada tahun 699 H atau 1300 M. Setelah itu kerajaan turki usmani mampu
menaklukkan kerajaan lain hingga perbatasan bizantium dan menaklukkan broessa
tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M daerah tersebut dijadikan sebagai kota
kerajaan turki usmani.
Setelah
Usman mengumumkan dirinya sendiri sebagai Padyisah Al-Usman (Raja Besar
Keluarga Usman), dia mulai memperluas wilayahnya dengan cara mengirimkan surat
kepada pemimpin daerah sekitarnya yang berisi 3 pilihan, yaitu tunduk dan
memeluk agama Islam, membayar jizyah, atau diperangi. Untuk mendukung hal itu,
anak Usman, Orkhan yang saat itu menjabat sebagai panglima perang membentuk
pasukan tangguh yang dikenal dengan Yeniseri. Pasukan tersebut merupakan
tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang
baru masuk islam. Para pasukan Yeniseri tersebut dididik dengan keras. Mereka
diwajibkan belajar ilmu-ilmu dunia dan
juga ilmu-ilmu agama. Mereka juga dididik oleh para tentara-tentara yang sudah
berpengalaman, sehingga tak diragukan lagi kemampuan fisik mereka jauh diatas
tentara-tentara lainnya.[4]
Meskipun
baru didirikan, Dinasti Usmani begitu kuat dan sangat ditakuti. Banyak dari
mereka yang tunduk dan memeluk islam, sebagian yang lain mau membayar jizyah,
tetapi ada pula yang bersekutu dengan suku Tartar untuk melawannya. Usman pun
tak gentar menghadapinya, dan akhirnya berhasil menaklukkan musuh-musuhnya.
Usman beserta anaknya, Orkhan, menyerang daerah barat Bizantium hingga selat
Bosphorus. Daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki
Dinasti Usmani.[5]
Ekspansi
yang lebih besar terjadi pada masa Sultan Murad I. Di masa ini, Dinasti Usmani
berhasil menguasai Balkan, Andrianopel (sekarang bernama Edirne, Turki),
Macedonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan
yang diraih Sultan Murad I, kerajaan-kerajan Kristen di Balkan dan Eropa timur
menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Hungaria,
Bulgaria, Serbia, Transylvania, dan Wallacia (Rumania) untuk menggempur pasukan
Usmani. Meskipun Sultan Murad I gugur dalam pertempuran, pihak Usmani tetap
meraih kemenangan. Ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I.
Pada tahun 1931, pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philadelpia dan
Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian, Dinasti Usmani secara bertahap
tumbuh menjadi kerjaaan besar. [6]
Puncak
ekspansi Dinasti Usmani yaitu pada masa Sultan Muhammad II yang dikenal dengan
gelar Al-Fatih (sang penakluk). Pada masanya, dilakukan ekspansi secara
besar-besaran. Kota penting yang ditaklukkannya yaitu Konstantinopel. Sultan
Muhammad Al-Fatih masih berumur 17 Tahun ketika menaklukkan Konstantinopel pada
tanggal 28 Mei 1453. Setelah memasuki kota, Sultan Muhammad Al-Fatih mengganti
nama kota menjadi Istambul, dan menjadikannya sebagai ibukota Dinasti Usmani.
Sultan juga mengubah gereja terbesar dan termegah waktu itu, Hagia Sophia,
menjadi masjid.[7]
Ada
lima faktor yang menyebabkan Dinasti Usmani berhasil melakukan perluasan
wilayah-wilayah Islam. (1) Kemampuan orang-orang turki dalam strategi perang
yang dikombinasikan dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan
perang). (2) Sifat dan karakter orang-orang Turki yang selalu ingin maju dan
tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan
tujuan penyerangan. (3) Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam. (4) Letak
Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan. Istambul terletak di
antara dua benua dan dua lautan, dan pernah menjadi pusat kebudayaan Macedonia,
Romawi Timur, maupun Yunani. (5) Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya sedang
dalam kekacauan, sehingga memudahkan penaklukannya.[8]
3. Kemajuan yang dicapai pada Masa Turki
Usmani
Dalam bidang ilmu
pengetahuan, kerajaan Turki Usmani tidak menghasilkan karya-karya dan
penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Karena mereka
lebih mengutamakan dalam bidang militer dan perluasan wilayah, sehingga kita
tidak dapati ilmuwan yang terkenal dari Turki Utsmani.
Sedangkan dalam bidang
kebudayaan, kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan antara kebudayaan
Bizantium, Persia dan Arab. Karena bangsa Turki sangat mudah berasimilasi
dengan budaya asing. Bahkan bahasa arab banyak dipakai di Asia Kecil yang
mayoritas daerahnya dikuasai Turki.
Seperti seni arsitektur,
Turki Usmani banyak meninggalkan karya-karya agung berupa bangunan yang indah,
seperti Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih, mesjid agung Sulaiman dan Masjid Abu
Ayyub al- Anshary dan masjid Aya Sophia yang dulu asalnya dari gereja St.
Sophia, merupakan peninggalan arsitektur yang dikagumi sampai saat ini. Hoja
Sinan (1490-1578 M) adalah tokoh terbesardalam bidang arsitektur ini.[9]
Untuk kehidupan keagamaan,
agama merupakan bagian dari sistem sosial politik Turki Utsmani. Ulama
mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Mufti sebagai
pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak
dapat berjalan. Pada masa ini tarekat berkembang pesat. Al Bektasi dan Al
Maulawi merupakan dua tarekat yang paling besar. Al Bektasi berpengaruh
terhadap tentara Yenisari, sedangkan Al Maulawi berpengaruh besar terhadap
kelompok penguasa sebagai imbangan dari kelompok Yenisari Bektasi.[10]
Kajian-kajian ilmu
keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak
mengalami perkembangan yang berarti.Para penguasa cenderung untuk menegakkan
satu paham (madzab) keagamaan dan menekan madzab lainnya. Sultan Abd al Hamid
II, misalnya fanatik terhadap aliran asy’ariyah. Untuk mempertahankan
madzabnya, ia memerintahkan Syaikh Husein Al Jisri menulis kitab Al Hushun Al
Hamidiyah (Benteng pertahanan Abdul Hamid).Akibat fanatik yang berlebihan
inilah, ijtihad menjadi tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir)
terhadap karya-karya klasik yang telah ada.[11]
Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Utsmani terutama di
bidang militer, karena tidak terlepas dari tabiat orang Turki yang terbiasa
hidup nomaden, jiwa militer, tangguh dan patuh terhadap pimpinan.
4. Kemunduran Kerajaan Turki
Utsmani
Kemunduran dan
kehancuran kerajaan Turki Usmani berawal sejak wafatnya Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1566 M). Sementara pengganti-penggantinya seperti Salim II
(1566-1573 M), Sultan Murad III (1574-1595 M), Sultan Muhammad III (1595-1603
M), Sultan Ahmad I (1603-1617 M), Mustafa I (1617-1618 M), dan seterusnya ternyata
kurang mampu mempertahankan kejayaan yang pernah dicapai kerajaan Turki Usmani
pada masa-masa sebelumnya.
Faktor yang
menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut :
1. Karena amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi pemerintahannya
amat rumit dan komplek. Sementara dilain pihak memang pengaturannya tidak
ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, malahan keinginannya terus
memperluas daerahnya dengan peperangan terus menerus sehingga banyak
mengorbankan tenaga dan waktu bukan dipakai untuk membangun negara.
2. Beragamnya penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan
perbedaan agama menyebabkan pengaturannya pun beragam pula.
3. Karena lemahnya para penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni
akibat dari kepemimpinan para sultan yang lemah sehingga membuat Negara hancur
dan melemah.
4. Maraknya budaya 'pungli' dikalangan para pejabat yang ingin naik
jabatan, sehingga pudarlah moral para penguasa Turki.
5. Akibat pemberontakan tentara Jenissari yang semula mendukung
kekuatan Turki Usmani, sekarang menjadi berbalik menyerang Turki Usmani.
6. Merosotnya perekonomian karena banyaknya peperangan.
7. Akibat terhentinya kegiatan ilmu pengetahuan.
4. Pemikiran Mustafa Kemal
Attaturk
Mustafa Kemal
Attaturk pada awalnya setia kepada kerajaan Turki Usmani. Namun Pendiriannya
kemudian berubah. Ia menganggap kerajaan Turki Usmani tidak dapat lagi
dipertahankan akibat salah urus dan kalah perang. Mustafa kemal Attaturk mulai
mengembangkan paham nasionalisme Turki dan menginginkan diakhirinya kerajaan turki
Usmani. Tanggal 29 Oktober 1923, Republik Turki diproklamasikan dan Attaturk
menjadi presiden pertama. Jabatan ini dipangkunya hingga akhir hayatnya.
Setelah menjadi Presidan Turki, Attaturk mengubah Turki menjadi Negara sekuler
dan menutup semua lembaga keagamaan Islam, termasuk sistem pendidikan agama
tradisional. Selain itu, upayanya dalam menjajarkan budaya Turki dengan budaya
Barat, ia menganjurkan agar rakyat Turki mengenakan pakaian barat dan
mencantumkan nama keluarga sebagaimana yang berlaku di Barat.
Kebenciannya attaturk
terhadap kekhalifahan Turki Usmani terwujud ketika ia menjadi penguasa Turki.
Attaturk melakukan program-program sebagai berikut:
1. Membangun negeri Turki dengan bentuk pemerintahan sistem
republik dan menghapuskan sistem kekhalifahan;
2. Menghapus hak dan fasilitas sultan serta mengusir khalifah
beserta keluarganya ke luar negri;
3. Mendatangkan undang-undang positif buatan Eropa;
4. Menghapus huruf Arab dan menggantinya dengan huruf latin;
5. Membangun sekolah-sekolah yang mengajarkan tarian Timur dan
tarian Barat
2.2 KERAJAAN MUGHAL
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan mughal
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini
termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal
kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani
Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.[12]
Kerajaan Mughal di India dengan
Delhi sebagai ibu kotanya, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M )
salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena
dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan
menaklukan kota terpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya Babur
mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi kala itu
yaitu Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Pada tahun
1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan).[13]
Babur juga mampu menguasai Punjab (1525 M), kemudian menguasai Delhi setelah
bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan
pemerintahannya di sana, maka berdirilah kerajaan Mughal di India(1525M).
2. kejayaan kerajaan mughal
Masa kejayaan Mughal dimulai
pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja penggantinya, yaitu
Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M).
Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja
berikutnya. Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga
seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa
pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisa sisa
keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh
Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam
Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556 M.
Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan
Gwalior dapat dikuasai penuh. Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan
Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan
kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan
oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat
diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang
sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[14]
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul dijadikan
sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia.
Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal),
yaitu politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama
kedudukannya, tidak dapat dibedakan oleh etnis atau agama. Keberhasilan yang
dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir, Syah
Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar dan
kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman
dan damai.
Pada masa Syah Jehan banyak
pendatang Portugis yang bermukim di Hugli Bengala, menyalahgunakan kepercayaan
yang diberikan kepada mereka dengan jalan menarik pajak dan menyebarkan agama
KRISTEN. Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun 1658 M dan terjadinya
perebutan tahta kerajaan di kalangan istana. Mughal terpecah menjadi beberapa
bagian. Shuja menobatkan dirinya sebagai Raja di Bengala. Murad menobatkan
dirinya sebagai Raja di Ahmadabad. Shuja bergerak memasuki pemerintahan di
Delhi. Namun pasukan Aurangzeb berhasil mengalahkannya pada tahun 1658 M.
kemudian Aurangzeb memerangi pasukan Murad dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh
karena itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan menjadi Raja Mughal. Langkah
pertama yang dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak, menurunkan bahan
pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku di
India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun
1707 M. Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah
satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran
barangbarangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina.
Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar
ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem
pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang
lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program
pertanian, perrtambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara
lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di samping untuk kebutuhan dalam
negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia dan Asia
Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis
bahan gordiyn yang banyak di produksi di Bengal dan Gujarat. Untuk meningkatkan
produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan
pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.[15]
Bersamaan dengan majunya
bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni terbesar
yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan penyair istana,
berbahasa Persia dan India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad
Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung
pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang
sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini
Akhbari.
3. Kemajuan Kerajaan Mughal
Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan
yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India.
Kemajuan-kemajuan tersebut
antara lain :
1.
Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik sulh e-kul atau toleransi universal,yaitu pandangan yang menyatakan
bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Sistem ini sangat tepat karena
mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Dalam
urusan pemerintahan, pada masa Akbar menyusun pentadbiran secara teratur yang
jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian setelah menaklukan
India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi Sultan
Akbar.[16]
Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang
kuat. Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat militeristik, pemerintahan
pusat dipimpin oleh raja; pemerintahan daerah dipimpin oleh kepala komandan (Sipah salat); dan pemerintahan
sub-daerah dipimpin oleh komandan (Faudjat)
(1). Di samping itu, Akbar pun membentuk Din
Ilahi dan juga mendirikan Mansabdhari
(lembaga pelayanan umum yang berkewajiban sejumlah pasukan).[17]
a.
Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian
terutama untuk
tanaman padi, kacang,
tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Di samping pertanian, pemerintahan
juga memajukan industri tenun, pertambangan dan perdagangan. Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil industri ini banyak diekspor ke luar negeri seperti Eropa,
Arabia, dan Asia Tenggara bersaman dengan hasil kerajinan, seperti
pakaian tenun dan kain tipis bahn gordyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan
Bengal. Untuk meningkatkan produksi,Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan
Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.[18]
b.
Bidang Seni dan Arsitektur
Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran
dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan sejarah yang
ditinggalkan periode ini adalah Tajmahal di Aqra, Benteng Merah, Jama Masjid,
istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Sementara dalam bidang
sastra yang paling menonjol adalah karya gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa urdu, yang merupakan perpaduan dari
berbagai bahasa yang ada di India. Penyair India yang terkenal adalah Malik
Muhammad Jayadi seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar yang
berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni
terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah
dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, villa
dan mesjid-mesjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun mesjid berlapiskan
mutiara dan Taj Mahal di Agra,Mesjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.[19]
c.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Di
bidang pengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa nasional,
yaitu bahasa arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan
bahasa Persia sebagai bahasa istana kesusastraan. Di bidang ilmu agama berhasil
dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebuan Fatwa-Alamgri.
4.
Masa Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa factor yang menyebabkan kekuasaan dinasti
mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada
kehancuran pada tahun 1858 M. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:[20]
- Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi
militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh
kekuatan maritime Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan,
mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan Mughal sendiri.
- Kemerosotan moral dan hidup
mewah di kalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang Negara.
- Pendekatan Aurangzeb yang
terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
- Semua pewaris tahta kerajaan
pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
2.3. KERAJAAN
SYAFAWI
1. asal mula
kerajaan syafawi
Kerajaan ini
berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, Sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, yang berasal dari
nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus dipertahankan sampai tarekat
ini menjadi gerakan politik.[21]
Safi al Din Al Ardabily adalah keturunan
dari Imam Syi’ah yang ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh karena itu dia masih
keturunan Rasulullah dari garis puterinya Siti fatimah. Kerajaan Safawi secara
resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan
dirinya sebagai raja atau syah di Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan
menjadikan Syiah Itsna Asyariah sebagai ideologi negara. Namun
event sejarah yang penting ini tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup
panjang yakni kurang lebih dua abad.[22]
Sejak Safi Al Din mulai memimpin tarekat safawiyah sampai kepada Syah Ismail
memproklamirkan berdirinya kerajaan safawi pada tahun 1501, tarekat safawi
mengalami dua fase dalam perjuangannya :
1) Pada masa
1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni gerakan keagamaan
(kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai sarana. Pengikutnya menyebar dari
Persia, Syiria dan Anatolia.
2) Pada masa
1447-1501 M tarekat safawi berubah menjadi gerakan politik (struktural), dengan
pemimpinnya Junaid bin Ali. Perubahan terjadi dikarenakan ambisi politik pada
diri Junaid. Karena Junaid seorang pemimpin tarekat, maka pengikutnya pun
dijadikan pasukan yang diberi nama Qizilbas ( surban merah yang berumbai dua
belas sebagai simbol Syiah Imamah Dua Belas). Tapi usaha Junaid masih mengalami
kegagalan dalam meraih ambisinya karena selalu gagal dalam menaklukkan beberapa
daerah seperti Ardabil dan Chircasia, bahkan dalam tahun 1460 M mati terbunuh.
Kemudian digantikan anaknya yang bernama Haidar, tapi belum berhasil juga.
Sebelum meninggal, Haidar menunjuk adiknya yang paling kecil bernama Ismail.
Setelah berhasil menaklukkan kota Tabriz, Ismail kenudian memproklamirkan
berdirinya kerajaan Safawi, dengan Syiah Itsna asyariah sebagai ideologi negara
pada tahun 1501 M .
2.
Kemajuan Dinasti Syafawi
Kemajuan peradaban dinasti safawiyah tidak hanya terbatas
dalam bidang politik tetapi kemajuan dalam berbagai bidang:
1.
Bidang
keagamaan
Pada
masa Abbas,dalam bidang keagamaan yang menanamkan sikap toleransi terhadap
politik keagamaan tau lapang dada yang amat besar. Paham syi’ah tidak lagi
menjadi paksaan bahkan orang sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya.[23]
2.
Bidang
arsitektur
Kerajaan
safawi telah berhasil menciptakan isfahan, ibukota kerajaan menjadi kota yang
sangat indah. Di kota ini berdiri bangunan bangunan besar dengan arsitektur
bernilai tinggi dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan
raksasa di atas zende rud, dan istana chihil sutun. Dalam kota isfahan terdapat
162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.
3.
Bidang
ekonomi
Kerajaan
syafawi pada massa Abbas 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian
syafawi, terlebih setelah kepulauan hurmuz di kuasai dan pelabuhan gumrun
diubah menjadi bandar Abbas. Yang merupakan salah satu jalur dagang laut antara
timur dan barat yang biasa di perebutkan oleh belanda, inggris, dan perancis
sepenuhnya telah menjadi milik kerajaan syafawi. Di samping sektor perdagangan,
kerajaan syafawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah
bulan sabit subur.
4.
Bidang
ilmu pengetahuan
Berkembangnya
ilmu pengetahuan masa kerajaan syafawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar
bahwa kaum syi’ah tidak boleh taqlid
dan pintu ijtihad selamanya terbuka.
Kaum syi’ah tidak seperti kaum sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum syi’ah tetap berpendirian bahwasannya mujtahid tidak terputus selamanya.
Beberapa
ilmuan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu: Baha Al-Din Al-Syaerazi
seorang filosof dan Muhammad Bagir Ibn Muhammad Damad, seorang filosof ahli
sejarah, teolog seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan
lebah.
5. Bidang kesenian
Kemajuan tampak begitu jelas dengan gaya
arsitektur bangunannya, seperti terlihat pada masjid syah yang di bangun tahun
1603 M. Unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, kerajinan
karpet, permadani, pakaian. Seni lukis mulai di rintis sejak zaman Tamasp 1,
raja ismail pada tahun 1522 M. Membawa seorang pelukis Timur ke Tabriz, pelukis
itu bernama Bizhard (Marshal G.S Hodson, t.t.:40). Pada zaman Abbas 1 berkembanglah
kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat, syair.[24]
3. Kemunduran Kerajaan syawafi
Sepeninggal
Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein
(1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran
Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap
pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang
akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam
pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan
Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan
Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah
raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap
para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar
kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan,
sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.[25]
Pemberontakan
bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir
Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di
Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh
Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga
ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan
ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan
mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak
Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun
1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan
memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah
Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan.
Salah seorang
putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari
Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia
dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama
dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan
yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur
dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam
peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan
Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas
III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah
itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja
menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di
Persia.
Adapun sebab-sebab
kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya
konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi
yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak
pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya
dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik
dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun
ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3. Pasukan ghulam
(budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan
yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak
memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan
dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abad 18 merupakan abad
dimana islam terbagi menjadi tiga kerajaan besar yaitu turki usmani, mughal dan
safawi. Turki usmani terletak dikawasin turki dan didirikan oleh usman bin
ertagrol, kerajaan ini mengalami masa keemasan pada pemerintahan sultan
sulaiman al qonuni. Kerajaan mughal berada di India dan didirikan oleh
zahirudin babur, kerajaan ini mengalami masa kejayaan pada masa akbar. Kerajaan
safawi berada di daerah persia dengan pendirinya abbas. Kerajaan-kerajaan ini
memiliki wilayah yang luas dan dapat bertahan cukup lama.
Sebab-sebab dari kemunduran
kerajaan tersebut adalah karena lemahnya generasi penerus serta ancaman dari
luar. Setelah tiga kerajaan tersebut islam terpecah menjadi beberapa kerajaan
kecil hingga berlanjut menjadi seperti saat ini.
3.2 Saran
Melihat darisejarah umat
islam di zaman dahulu seharusnya kita sebagai generasi muda islam merasa bangga
dan semakin meningkatkan kecintaan kita terhadap islam serta berusaha untuk
meraih kembali kejayaan islam seperti zaman dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Samsul Munir.
2009.Sejarah Peradaban Islam. Amzah: Jakarta
Hamka, Sejarah Umat Islam
III, Bulan Bintang, Jakarta, 1981
Hasan, Ibrahim Hasan, Mausu’at al-Tarikh al-Islami
V, Maktabah al Nahdhah al-Misriyah, Kairo,1967
Lupidus , Ira M,
Sejarah Sosial Ummat Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999
Mughni, A. Syafiq, Sejarah
Kebudayaan Islam di Turki, Logos, Jakarta, 1997
Sodikin,
Ali dkk. 2003. Sejarah Peraban Islam.
Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga & LESFI: Yogyakarta
Supriyadi, Dedi. 2008.Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia:
Bandung
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah
Peradaban Islam. PT. Pustaka
Rizki Putra: Semarang
Thohir, Ajib, Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004
Yatim, Badri. 2008.Sejarah Peradaban Islam. PT.
RajaGrafindo Persada: Jakarta
[2]
Hasan Ibrahim Hasan, Mausu’at al-Tarikh al-Islami V, Maktabah al
Nahdhah al-Misriyah, Kairo, 1967, hal.
324-325.
[3]
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2003, hal. 130.
[5]
Samsul
Munir munir.Sejarah Peradaban Islam.
Amzah, Jakarta, 2009, hal. 195.
[6]Ali
sodikin dkk. Sejarah Peraban Islam.
Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga & LESFI: Yogyakarta. 2003. Hal.
155.
[7] Samsul Munir munir. Op cit, hal. 199.
[10]
Badri
yatim, op cit, hal. 136.
[14]
Badri yatim, op cit, hal 225.
[15] Ajib thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2004. Hal. 256.
[16] Dedi supriadi, Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia: Bandung. 2008. Hal. 262.
[19]
Dedi supriadi, op cit, hal 263.
[20]
Fatah Syukur. Sejarah Peradaban
Islam. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. 2009.Hlm. 150
[21]
Badri yatim. Op cit. Hal. 138.
[22] Thohir, op cit, hal 167.
[23]
Hamka, op cit, hal 70.
[24]
Hamka, op cit, hal 70.
[25]
Hamka, op cit, hal 71.
Komentar
Posting Komentar